Kamis, 26 April 2012

Pulkam Pertama kali Sejak di Jakarta


Naaaah, akhirya sampai juga di Kalimantan..
Setelah sekian lama terkatung-katung di angkasa – karena penerbangannya terasa lebih lama dari biasanya ditambah mumet-mumet gak enak gara-gara gejala motion sickness – sampai juga aku di Balikpapan.
Pertama kali pulang kampong sebagai anak perantauan, ke bandara tanpa ortu . . Cari gate ruang tunggu sama Mega, Kak Nia, dan Kak Pupah. Haha, heboh sendiri gara-gara ngeliat anak penerbangan yang pake seragam (gagah mamen. Wkekeke) plus Mega yang secara gak sengaja ketemu cowok yang kembaran jaket FMKI di bandara. . Jodoh kali….Hihihihi. Not too bad untuk dijadikan sebuah catatan perjalanan.. J
Sebenarnya, dari kami berempat akulah yang paling enak pejalanannya. Tapi rasanya aku juga yang paling cepat tepar. Kalau dibandingkan sama mereka bertiga. .
Mega yang harus dua kali naik pesawat dengan waktu yang mepet antara landing pesawat pertama dengan take-off pesawat berikutnya supaya bisa sampai Berau. Benar-benar in a rush dia . . Ckckckck
Kak Pupah yang lengkap perjalanan darat-laut-udara. Dari Otista ke Soeta naik taksi, kemudian lanjut naik pesawat kurang lebih  2 jam, lalu lanjut naik taksi lagi ke pelabuhan, terus naik kapal penyeberangan lagi supaya bisa sampai Penajam. Kalau aku mungkin udah mabok-mabok. Mantep dah Kak Pupah ..
Lalu aku dan Kak Nia yang pulang bareng dari Balikpapan ke Samarinda. Alhamdulillah ternyata Papa sempat buat jemputin. Sempat mampir ke rumah dulu, terus Kak Nia lanjut lagi pulang ke rumahnya di Cendana.
Dan yang unik dari kami adalah : Membawa oleh-oleh yang sama ----------à Brownies Amanda.

OTW BPP-SMD, 20 agu 2011
Alhamdulilah puasaku hari itu full. Gak mabok seperti biasanya. Tumbenn.. Biasanya udah kayak orang sakau.
Gak ada yang berubah. Perjalanan Bpp-Smd masih sama seperti yang dulu. . Tapi katanya mau dibangun jalan tol dari Jembatan Mahkota tembus ke Balikpapan (kata bapak kalau gak salah gitu) yang entah kapan bakal selesai. Membelah bukit dan meratakan tanah, banyak traktor dan debu. Seperi itu kira-kira gambarannya. Sama aja kayak pembangunan Bandara Sei. Siring yang dari dulu sampai sekarang rasanya gak jadi-jadi. Tetap aja kalau wanna have a flight musti ke Sepinggan dulu. Padahal Samarinda ibukota, tapi gak punya bandara (ada bandara Temindung untuk penerbangan dalam provinsi, pesawat kecil aja). So, gak heran temanku bilang kalau ibukota Kaltim itu Balikpapan, lantaran Samarinda gak punya bandara besar. Udah salah, ngotot lagi dia . .Hehe
Perjalanan yang menurutku enak mennn rek.. Apalagi kalau naik kereta. Sayangnya gak ada kereta kecuali kereta batubara. Sepanjang Bukit Soeharto apalagi. Rasa-rasanya kalau di Jakarta gak mungkin dapat yang kayak gini. Kecuali kalau ke Bandung atau Sukabumi mungkin..Hawa sejuk pegunungan yang benar-benar bikin “brrrrrrrr”. Dingin luar biasa.. Tapi, kalau di Bukit Soeharto ademnya gak bikin bergidik. Hangat-hangat sejuk gimana gitu.. Melewati jalan masuk menuju Bukit Bengkirai, yang sama sekali belum pernah menginjakkan kaki disana. Padahal udah sekian  lamanya hidup di Kaltim, tapi kok ya jadi anak rumahan.
Katanya, jalan masuk menuju hutannya masih jauh dan gak bisa ditempuh pake mobil, musti pake ojek. Kebayang deh ongkos ojek yang masuk hutan berapa… hahahaah.
Singkat cerita, sampailah di Samarinda. Samarinda sepertinya udah tambah macet. Hari itu gak bisa lewat Jembatan Mahakam, karena katanya kalau jam-jam sore begitu macetnya panjang.. Akhirnya lewat Jembatan Mahulu aja yang langsung tembus ke perumahan.
Liat Sungai Mahakam dengan kapal-kapal tronton besar yang penuh batubara dari atas jembatan. Seperti gunung hitam mengapung di atas sungai. Entah batubaranya pada kemana, karena ternyata masih sering mati listrik disini. Padahal selama di Jakarta, rasa-rasanya gak pernah ada mati listrik tuh.. Mati listrik dan mati air.. Ckckckck
Tak lama kemudian, sampai di rumah deh. Welcome home J

MULAI DATANG SAMPAI SEKARANG….
Actually, nothing too special since I arrived in this city except one thing .. Meet the family.
Sampai di rumah, kata bude aku tambah putih. Wkwkwkwk. Perasaan aku ni hitam ah. Berarti sebelum berangkat ke Jakarta aku lebih hitam lagiii. Widihhhhh, hahaha. Katanya, panas Jakarta itu gak bikin hitam, malah bikin kulit bersih. Trus kalau panas Kalimantan itu yang bener-bener bikin hitam gara-gara terpapar batubara. Darimanenyeeee….! =_=
Sampai di rumah langsung update status. . Baru nyadar ternyata sinyal hape udah jadi merah plus tulisan huruf “E” diatasnya. Parahh.. Loadingnya membuat kita untuk belajar sabar.
Akhirnya, aku memutuskan untuk mencari koneksi internet lain selain warnet. Kalau ada warnet yang se-jam 2000 baru aku mau.. Hahaha.
Cari voucher internet bareng brotha naik motor Revo tercinta, jadinya kayak muter-muter tepian aja.
Dapat deh counter yang jual voucher internet, namun harga vouchernya gak sesuai perkiraanku. Telkomsel Flash masa aktif 2 minggu dengan kuota 200mb, 70rb. Gak jadi dah… Akhirnya beli Tri 500mb dengan harga 40rb dengan harapan mendapat koneksi yang kencang untuk beberapa minggu di rumah. Hasilnya…. Nihil. Sinyalnya soak bin ngadat. Sabarr, yang penting ada sinyal dikit-dikit.
Naaah, itulah sekilas setelah sampai di rumah… tenang sejenak tanpa suara bajaj dan dan kopaja. Hehehe. Selesai. ^_____^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar