Senin, 27 Agustus 2012

Ke Utara Kaltim


Pulang kampung.. Sama sekali nggak ada rencana untuk jalan-jalan, liburan atau apapun. Biar cuma di rumah aja, tapi rasanya udah senang. Tapi kalau nggak ada kegiatan itu rasanya bingung juga..
Samarinda, 11 Agustus 2012
Kemarin sama sekali nggak kepikiran kalau hari ini bakal ikut bapak ke ujung utara sana. Tiket aja nggak punya, baju belum disiapin. Bapak yang udah berangkat duluan, tiba-tiba telepon, “Heh, kamu mau ikut kah? Bapak tunggu di Cipaganti seberang sana..!!”. Cklek, tuuuut tuuut.
Nah, kalau udah diajak nggak mungkin nolak. Siapin baju seadanya, langsung berangkat. Dulu kalau Smd-Bpp rasanya lama banget, sekarang waktu 2,5 jam perjalanan itu kayak nggak berasa lagi. Nggak lama udah sampai di Sepinggan, nunggu pesawat terakhir menuju Tarakan. Ini pertama kalinya ke Tarakan. Paling jauh paling cuma sampai Bontang, 3 jam perjalanan. Itupun sudah bertahun-tahun yang lalu. Dikasih kesempatan ke utara, rasanya seneng banget.
Dari Balikpapan ke Tarakan naik pesawat cuma 55 menit aja. Penerbangan malam ternyata lebih menyenangkan. Suasana kota yang gemerlapan di malam hari terlihat jelas.
Nggak lama sampai juga di Bandara Juwata, Tarakan. Tarakan memang kota kecil, tapi tetap ramai dan lumayan menyenangkan. Sepanjang jalan orang-orang ramai pawai takbiran, padahal lebaran masih delapan hari lagi. Kembang api, petasan, marching band, arak-arakan rebana mengular di sepanjang jalan. Untung ada keluarga disini. Kakak sepupu yang menjemput dengan antusias menjelaskan sekilas tentang kota ini. “Enak bah di Tarakan. Mau ke bandara dekat Cuma 10 menit aja. Nggak usah jauh-jauh kayak di Samarinda tu. Makanan banyak, ikan besar-besar, dekat laut pula………….Nah, itu stadion, itu Kapolres, itu….”.
Itulah… Nah, iseng-iseng ke warung buat beli minum. Penasaran, barang-barang yang dijual disini buatan dalam negeri atau buatan negeri tetangga. Ternyata tabung gas ijo 3 kg masih ada. Justru tabung gas biru khas Pertamina yang nggak ada. Tapi ada tabung gas yang lain. Tabung baru pertama kali kulihat, mungkin seukuran 12 kg atau 16,5 kg berwarna hijau dan merah bertuliskan Petronas. Petronas berarti punya Malaysia. Nggak heran, disini barang impor ada dimana-mana. Kualitasnya memang lebih baik.
“Kak, kenapa masaknya pake tabung Petronas?  Yang tabung biru nggak ada kah?, tanyaku.
“Bagusan pake Petronas. Isinya pas terus nggak bocor. Mereka itu nggak main tipu-tipu.”
Nah, kalau sudah konsumen bicara, mau gimana lagi. Nggak cuma gas, makanan atau sebagainya yang diimpor. Baju Malaysia pun juga ada yang diimpor. Kalau pernah dengar yang namanya baju Roma, ya itulah. Jangan sampai tertipu dan akhirnya beli baju macam ini. Di kolom Koran Kaltara Raya (korannya udah ada, tapi propinsinya belum ada), ditulis kalau menjelang lebaran begini baju-baju Roma (Rombengan Malaysiaàbaju bekas yang diimpor dari Malaysia) mulai beredar luas. Kalau sudah begini, konsumen yang harus hati-hati. Biar baju bekas, zaman sekarang banyak cara untuk menyulap yang bekas jadi baru. Waspada aja..
Kebetulan suami kakak itu kerjanya polisi. Diceritakanlah susahnya dapat bensin disini. Pom bensin memang ada. Tapi coba saja beli bensin lewat dari jam 3 sore. Biasanya pom-pom udah pada tutup karena bensinnya udah habis. Kalau sudah begini, mau nggak mau harus beli di eceran dengan harga 7000/botol dan isinya kurang dari 1 liter. Berbeda banget, kalau di jawa banyak pom bensin yang on terus 24 jam. Disini nggak ada. Krisis minyak di ladang minyak. Klasik…
Diceritakan juga tentang kerusuhan yang sempat terjadi di Tarakan. Membaca di Koran dengan melihat secara langsung ternyata memang berbeda. Suami kakak saat itu sedang bertugas dan melihat sendiri bagaimana keadaannya. Ngilu juga saat mendengar ceritanya.
Istirahat semalam, besoknya (Minggu, 12 Agustus 2012) bangun pagi-pagi terus langsung ke Pelabuhan Tengkayu I. Mau nyebrang lagi ke Tanjung Selor. Kecamatan Tanjung Selor termasuk dalam wilayah Kabupaten Bulungan, kabupaten yang nantinya akan menjadi ibukota propinsi Kaltara (Kalimantan Utara). Dibutuhkan waktu sekitar 1,5 jam untuk menyeberang laut dengan speed boat dari Pelabuhan Tengkayu I di Tarakan menuju Pelabuhan Penumpang Kayan II di Tanjung Selor  dengan harga tiket 80rb. “Bunyu, Bunyu, Bunyu….Nunukan, Malinau, Tanjung, Tanjung, Tanjung…!!”, suasana pelabuhan udah macam di Kampung Melayu aja. Musim liburan gini pelabuhan memang ramai, apalagi orang-orang yang mau keluar pulau memang melewati pelabuhan ini.
Walaupun nantinya Bulungan bakal jadi ibukota propinsi, tapi kota ini masih terkesan sepi. Coba saja keluar sekitar jam 7 malam. Jalanan sekitar dermaga sudah nampak lengang. Menerobos lampu lalu lintas pun nggak masalah selama nggak ada polisi, karena memang jalanan sepi. Muter-muter Tanjung Selor, semakin ke ujung yang terlihat kebanyakan kebun-kebun dan hutan. Bibit-bibit sawit terkadang terlihat memagari jalan. Daerah transmigrasi juga ada, rumah-rumah kayu warga trans berjajar di sekitar kebun dan hutan. Tapi kalau soal makanan rasanya dimana-mana, entah Samarinda, Balikpapan, Jakarta, Tarakan, Bulungan, selalu ketemu yang namanya Warung Lamongan, Warung Lumajang, Warung Gresik, Warung Tulungagung, Warung Padang, warung ini, warung itu….. Makanan jawa dan Padang selalu ada dimana-mana.
Sehari di Tanjung Selor, besok paginya langsung menuju Dermaga Kayan III. Dari dermaga ini kita bisa menuju ke kecamatan-kecamatan lain yang ada di Kabupaten Bulungan, terutama ke kecamatan yang memang hanya bisa dilalui lewat sungai. Transportasi sungainya ada sepit dan taksi. Jangan bayangkan ada taksi mangkal di dermaga yang berupa sedan beroda empat, karena yang dimaksud taksi disini sebenarnya adalah sebuah kapal motor kayu. Masyarakat sini menyebutnya taksi. Sepit sendiri adalah sebuah kapal cepat yang menampung 5-7 orang. Sepit itu ibaratnya jetski yang berwujud kapal kecil. Muatan yang bisa ditampung sepit lebih kecil daripada taksi.
Nah, akhirnya memutuskan naik sepit supaya lebih cepat sampai. Tujuannya menuju Kecamatan Peso, kecamatan yang paling ujung. Perjalanan sekitar 4 sampai 5 jam. Kalau mau naik sepit perhatikan waktunya, karena tariff untuk pagi dan siang biasanya berbeda, biasanya tergantung kesepakatan antara penumpang dengan yang punya sepit. Kalau pagi biasanya lebih murah, kalau sepit mulai jarang biasanya tarifnya jadi berlipat-lipat. Apalagi kalau jaraknya jauh, musti pintar nawar. Pertama kali naik sepit itu rasanya sesuatu banget. Jadi ingat novelnya Tere Liye Aku, Kau, dan Sepucuk Angpao Merah nih..sepit Bang Borno. Hehehe :D   Jarak yang rendah antara sepit dengan permukaan air membuat kita bisa menyentuh air. Sepit dengan kecepatan tinggi langsung membelah permukaan Sungai Kayan. Tanganpun langsung menggenggam erat pegangan sepit, takut jatuh ke sungai. Aku ini sudah nggak bisa berenang, kalau sudah tercebur ke Sungai Kayan yang airnya coklat keruh dan luas ini, rasa-rasanya nanti bakal nggak ditemukan lagi. (--,)
Mengemudikan sepit ternyata nggak sembarangan. Walaupun melaju full speed, pengemudi harus lihai untuk menghindari gelombang dan batang kayu yang mengapung. Kalau sampai menabrak batang kayu, sepit ini bakal terbalik dan masuklah semua ke sungai. Rata-rata yang bawa sepit ini adalah laki-laki khas perawakan Suku Dayak. Ketangguhan orang Dayak mengarungi sungai yang bergiram-giram memang nggak diragukan. Seperti bapak yang bawa sepit kami sekarang ini. Ukiran tato di punggung tangannya seakan-akan semakin menegaskan. Tuas kemudi dimainkan dengan lihai untuk menghindari giram-giram dan pusaran air Sungai Kayan. Seringkali kalau ada perahu atau sepit lain yang melintas berlawanan arah, kami saling melambaikan tangan untuk sekedar menyapa. Perjalanan sepanjang Sungai Kayan ternyata menyenangkan juga. Kanan kiri tepian sungai adalah deretan hutan lebat. Sesekali ada juga desa-desa penduduk di tepian sungai ini. Desa-desa yang ada selalu memiliki dermaga kecil untuk menambat perahu dan di beberapa desa ada kios untuk mengisi bahan bakar. Perahu atau sepit yang kehabisan solar di tengah jalan bisa refill disini. Kios BBM ini hanya berbentuk bangunan rumah kayu terapung sederhana yang ditopang batang-batang kayu besar dan drum-drum bekas agar bisa tetap mengapung di atas sungai.
Sudah beberapa desa yang terlewati.. Desa Long Sam, Long Lembu, Long….., Long….., Long. Entah sudah berapa “Long” yang dilewati. Nama desa disini memang selalu berawalan kata Long. Sama saja dengan beberapa daerah disini yang selalu berawalan kata Loa. Loa Bakung, Loa Janan, Loa Duri…. Entah apa arti kata Long dan Loa itu sendiri.
Semakin menuju ke hulu, semakin jarang desa yang terlihat. Yang terlihat hanya deretan hutan di sepanjang tepian sungai atau terkadang terlihat aktivitas penggalian pasir dan penebangan pohon untuk diambil kayunya. Sesekali saat melewati tikungan sungai, terlihat tebing-tebing tinggi yang seolah memagari hutan. Semakin lama hanya hutan-hutan yang tampak dan semakin membuatku berpikir, “Inikah yang namanya pelosok?” . Hanya deru mesin motor sepit sekian PK ini yang terdengar. Waktu 5 jam perjalanan ini ternyata cukup untuk membuat punggung tanganku yang sedari tadi terus menyentuh permukaan sungai menjadi gelap karena terbakar matahari. Sementara perjalanan semakin mendekati arah hulu, sepit ini terus melaju full speed sambil terlompat-lompat karena melewati gelombang dan giram-giram yang semakin besar.
Nggak terasa waktu 5 jam terlewati dan akhirnya sampai di tujuan. Di Desa Long Bia, Kecamatan Peso, Kabupaten Bulungan. Sebenarnya semakin ke hulu sana masih ada desa lain, tapi sudah tidak bisa ditempuh dengan sepit lagi. Semakin ke hulu, sungai menjadi semakin dangkal, pusaran semakin besar, dan giram-giram semakin ganas. Hanya bisa ditempuh dengan perahu kayu tradisional berbekal mesin motor beberapa PK. Bukan sembarang orang yang bisa mengendalikan perahu ini. Hanya orang-orang yang benar-benar berpengalaman. Tak jarang terdengar kabar perahu hancur karena menabrak giram dan penumpangnya tewas atau mesin motor rusak karena menghantam batu. Kalau mau melewati hulu, mungkin bisa dibilang harus siap nyawa. Kalau hanya sekedar untuk jalan-jalan atau main-main, lebih baik nggak usah pergi.
Desa Long Bia. Kupikir nggak bakal menemukan peradaban disini. Eh ternyata masih ada sinyal TV. Tower Telkomsel pun ternyata ada disini. Untung pakai Telkomsel. Hehe.. SD, SMP, SMA ternyata juga ada walaupun hanya bangunan sederhana. Rumah-rumah disini berupa rumah panggung kayu sederhana yang sesekali berukiran khas Kalimantan. Rumah paling bagus ya rumahnya Pak Camat, rumah beton yang dicat apik.
Ini bulan Ramadhan, yang kukhawatirkan adalah bagaimana menentukan arah kiblat, karena kupikir nggak ada masjid disini-karena muslim memang minoritas. Tapi ternyata Alhamdulillah, ada juga masjid. Sebuah masjid kayu yang berbentuk panggung, dan di sebelahnya ada lagi masjid beton yang baru dibangun dan megah. Awalnya aku bingung, di pelosok seperti ini ternyata ada masjid indah walaupun muslimnya minoritas. Entah bagaimana caranya, tapi ini sangat membuat kagum. Malam shalat Tarawih di masjid ini memang masih sepi. Satu saf paling depan pun tidak terisi penuh. Tapi suatu saat InsyaAllah satu masjid ini bakal penuh.
Malam-malam melewati sudut jalan di desa ini, itu seram. Lampu jalan hanya ada di beberapa sudut saja. Paling malas rasanya kalau harus lewat jalanan yang gelap. Anjing berkeliaran, kalau-kalau dikejar anjing mana tahu lagi. Kalau lewat jalan gelap, mata terus ke depan aja, nggak usah toleh kanan-kiri, bikin parno. Suara daun-daun yang bergesekan dan jangkrik di jalanan gelap bikin tambah seram aja.
Meskipun ada di tepi sungai dan di tengah hutan, tetap aja kalau siang hari panasnya nggak ketulungan. Cukuplah untuk menghitamkan kulit.
Cukuplah semalam tinggal di Long Bia. Besoknya langsung balik lagi ke Tanjung Selor. Sebelumnya sempat mampir  dulu ke Tanjung Palas. Teringat bapak cerita, kalau 30 tahun yang lalu SK pertamanya keluar untuk mengajar di Tanjung Palas. Padahal Tanjung Palas sekarang aja masih desa sekali. Bagaimana pula Tanjung Palas 30 tahun yang lalu..
Sempat di Tanjung Selor beberapa hari , kemudian balik lagi ke Tarakan. Akhirnya tanggal 17 Agustus 2012 mau balik lagi ke rumah. Balik ke rumah sudah macam Kabayan pulang kampung aja lagi. Bawaannya beras, bandeng, udang, ikan asin. Hehe. Yang khas dari sini memang biasanya hasil-hasil laut, karena wilayahnya memang dikelilingi laut. Ikan-ikan kualitas ekspor disini memang mantap. Selain hasil laut, beras asli sini pun nggak kalah bagusnya. Beras Krayan hasil para petani Dayak memang berkualitas tinggi dan gizinya baik. Beras jenis inilah yang diekspor ke Brunei Darussalam dan menjadi konsumsi di Kesultanan Brunei. Beras Krayan ini biasanya dihargai sekitar 25rb/kg. Memang agak mahal kalau dibandingkan dengan beras yang biasanya, tapi nggak ada salahnya dicoba.. Kata kakak, di Tarakan sendiri beras ini memang agak jarang dan biasanya ada pada saat pasar Dayak yang biasanya seminggu sekali.
Pengalaman kali ini mungkin adalah pengalaman yang biasa buat sebagian orang, tapi buat saya ini terlalu sayang untuk dilupakan. Semoga ada kesempatan lagi kesini.. ^____^

Jumat, 01 Juni 2012

Negeri Atas Awan

satu persatu langkah terayun mengikuti hasrat hati
Melangkah, memijakkan kaki, bernafas dalam diam
Melangkah lagi.. Terus dan terus.. kemudian bernafas lagi
Namun kali ini semakin berat.
Mata dan hidungku seakan ditusuk-tusuk
Kaki telah bergetar sedari tadi,
Tangan telah mati rasa, keriput dan basah. Lembab oleh dinginnya udara malam..

Kesal berkecamuk dalam hati ini..
Lelah seakan hendak menyerah.
Larut oleh ego yang sedari tadi tertahankan.
Ingin kuhempaskan semua beban di pundak.
Ringkih sudah semua tulangku, tak sanggup walau hanya untuk bangkit sekalipun.
Aku hanya terduduk memeluk lutut, menahan dingin yang semakin menusuk

Dalam lelah ini pun aku hanya bisa diam.
Tenggorokan semakin sempit, tetap saja ku bernafas dalam diam..
Diam terpekur tak berdaya oleh ini semua.

Oleh angin malam yang terus berderu bak gelombang air laut..

Oleh hujan gerimis yang biasanya lembut, namun sekarang seperti jarum yang terus-menerus menusuk kulit..

Oleh dinginnya embun yang tak henti-hentinya menyelimutiku..

Oleh kunang-kunang yang beterbangan itu..

Tuhan, ini hanyalah sebagian kecil ciptaanMu.
Bahkan seandainya kunang-kunang itu bisa tertawa, boleh jadi mereka akan menertawakanku.
Mereka masih bisa terbang bahkan memberikan cahaya bagai pelita dalam kebekuan dan kegelapan ini..
Sedangkan aku sampai sekarang masih diam terpekur, kaku..

Ternyata aku lebih lemah daripada kunang-kunang..

Padahal di sebelah timur laut sana cahaya lampu-lampu kota terlihat begitu memesona bagai gumpalan bintang.
Tapi mata ini seakan buta, tak bisa melihat keindahannya

Kenapa..? Apakah memang jiwa ini sudah sebegitu keruhnya..?
Mungkin nanti akan kutemukan jawabnya.

Aku tak mau diam dan mati disini..
Kuayunkan langkah walau terpaksa.
Kerikil-kerikil kecil membantuku untuk bisa berpijak..

Semburat fajar mulai muncul dari balik awan.
Dari ketinggian ini pendar cahayanya terlihat begitu indah, bagai lampu sorot raksasa yang berkemilauan..
Langit jingga yang amat sangat memesona..

Semakin tinggi sekarang aku berpijak.
Kuncup-kuncup edelweiss terlihat begitu menyegarkan terbasuh embun pagi..
Bulir-bulir air embun yang bercahaya terlihat bergelantungan di ujung rerumputan bagai butiran kristal permata
Ia berkilau disinari mentari pagi..

Tujuanku, Negeri Atas Awan sekarang sudah mulai terlihat.
Tak peduli lagi akan lelah kaki ini, walaupun urat-uratnya sudah menegang sedari tadi..
Langkah semakin dipercepat, tapi tak mungkin kuberlari..
Aku harus peka dan memperhatikan sekitarku.
Boleh saja fokus ke depan jikalau itu bisa memacuku, tapi tak harus selalu melihat ke depan kan..? Di depan tak selalu aman, terkadang jurang tak terlihat juga ada disana..
Sering-seringlah menengok kekiri dan kanan, agar menjadi semakin mawas diri dan berhati hati.
Lihat kebawah dan selalu perhatikan langkah.
Atau sesekali tengoklah kebelakang, siapa tahu ada yang tertinggal..

Ah, sepertinya jalan mulai landai..
Akupun berlari.. terus dan semakin cepat..
Tuhan, aku tak menyadarinya..
Aku tersandung dan jatuh diatas hamparan rumput hangat..
Ternyata banyak orang yang menyambutku, mereka merangkulku..
Aku telah sampai di tempat ini.. Negeri Atas Awan.
Mereka tertawa dan tersenyum kepadaku..

Namun, aku tak membalas senyum mereka..
Aku sampai sekarangpun hanya diam.
Tak beranjak dari rerumputan ini.
Kurebahkan tubuhku, kupejamkan mata..
Menghirup udara pagi ini..
Tak seperti semalam, kali ini terasa begitu hangat..
Hangat yang kali ini memeluk tubuhku..

Sejauh mata memandang gumpalan awan lembut terlihat damai menyelimuti sang paku-paku bumi..
Dalam hangat pagi ini aku tersenyum dan cahaya mentari menerpa wajahku. Lembut...
Langit terlihat amat biru bak air samudera.. awan-awan kecil bak gulali menyerupai berbagai macam bentuk.
Seakan-akan mencerminkan pikiranku kali ini.. Kubayangkan wajahnya, maka awan itupun akan terlihat seperti dirinya.
Entah apakah itu sekedar halusinasi.. tapi yang jelas sangat menyenangkan..

Berada disini seperti merasa saling memiliki satu sama lain. Kita mungkin berbeda, namun berada disini sesungguhnya kita ingin merasakan satu hal yang sama, yaitu kedamaian.
Ingin sekali aku mengerti walau hanya sedikit, makna yang lebih dari semua ini. Bukan hanya sekedar menjadi perjalanan belaka.

Inilah Negeri Atas Awan. Tak perlu banyak kata-kata untuk menjelaskannya. Hanya indah dan damai..

Kamis, 26 April 2012

Loving or To Be Loved

Loving or to be loved... Mencintai atau dicintai..
Ini yang selalu menjadi pertanyaanku sejak SMA dulu, bahkan sampai sekarang. Obrolan yang nggak akan pernah mati dan habis dimakan zaman. Tema pembicaraan favorit muda-mudi zaman sekarang.
Tentang cinta...

Cinta memang bisa membuat orang bahagia .. Nggak bisa dipungkiri. Kalau hidup tanpa cinta rasanya hampa. Kedengarannya emang agak gombal, tapi itu memang nyata adanya. Cinta bisa membuat orang bangkit, ketika ia jatuh dalam keadaan paling terpuruk sekalipun.
Setiap orang ingin merasakan cinta, dan setiap orang juga ingin dicintai. Tapi apakah setiap orang bisa mencintai...? Entahlah..
Menjadi orang yang dicintai memang menyenangkan rasanya.. Ada seseorang yang selalu memperhatikanmu setiap saat, selalu memikirkanmu walau tanpa kau sadari. Ia selalu ada untukmu.. Bahkan, terkadang tak perlu ada pengorbanan untuk mendapatkan itu.
Tapi, bagaimana dengan yang mencintai..? Apakah selalu seindah itu? Nggak juga, tapi selalu ada saat dimana orang yang mencintai merasa menjadi orang paling bahagia di dunia. Kapan itu terjadi...?

Jatuh cinta..? Banyak orang bilang "Aku jatuh cinta padanya", tapi dengan berbagai alasan. Apakah itu cinta yang sesungguhnya? Tidak tahu, jawabannya tergantung hati kita masing-masing. Tapi cara mencintai yang terindah adalah ketika " Aku mencintainya tanpa alasan, hanya cinta saja." Sulit sekali untuk mengalaminya.. tapi itulah rasa cinta yang terindah.
"Aku mencintainya karena dia cantik". Lalu saat ia mulai menua dan tidak cantik lagi, apakah kau akan tetap mencintainya..?
"Aku mencintainya karena dia baik hati". Lalu jika suatu saat ia terpuruk dan melakukan sesuatu yang di luar perkiraanmu, apakah kau akan meninggalkannya begitu saja?
"Aku mencintainya karena ini, itu, ini, itu....". Sungguh, setiap orang hanya ingin merasakan cinta yang lebih dari sekedar cinta yang beralasan macam itu.

Mencintai memang banyak berkorban perasaan.. Tak berani untuk mengungkapkannya, atau mungkin ia sudah menyukai orang lain, atau takut ketika nantinya ia mulai menjauh. Tapi di luar semua itu, mencintai sangatlah indah, hanya dengan hal kecil saja kau bisa merasa amat bahagia.
Saat mulai menyukai seseorang, maka kau akan berharap ingin selalu melihat dan dekat dengannya. Berpapasan dengannya pun bisa membuatmu senang. Hanya melihat dirinya dari jauh pun walau sebenarnya ia tak menyadari kehadiranmu, sudah bisa membuatmu bersemangat.

Perhatian kecil yang diberikannya, obrolan kecil dengannya. Saat itu rasanya amat bahagia, tapi saat itu pula mungkin kau akan berpikir " Apakah aku masih bisa mempunyai kesempatan seperti ini lagi? Jika ia memang mencintai orang lain bagaimana..? Mungkinkah ia berpikir sama seperti yang kupikirkan..?".
Sungguh, apapun itu.. jalani saja saat-saat itu. Jikalau namanya memang dituliskan bersanding denganmu, maka sungguh itu sangatlah indah.. Cukup menjadi dirimu sendiri apapun keadaanmu. Jika memang jalannya, maka ia akan selalu mencintaimu tanpa satupun alasan..

Freeganism


Teringat salah satu acara televisi yang kutonton waktu masih di rumah, waktu liburan puasa lalu. Acara tv berjudul The Outsiders yang hanya bisa ditonton lewat saluran tv kabel industry rumahan. Hehe..
Membahas tentang salah satu permasalahan sosial unik. Freeganisme…
WHAT IS FREEGANISM??
Sebenarnya search aja di google. Banyak yang membahas tentang ini. Tapi, bahasa mudahnya menurutku freeganisme itu adalah semacam prinsip dimana orang-orangnya bertekad bahwa mereka tidak ingin menambah jumlah sampah yang ada di dunia ini. Yang seperti ini sih sebenarnya sudah biasa. Banyak orang yang memiliki semangat 3R (reduce, reuse, recycle) yang berinisiatif dengan berbagai macam cara demi mengurangi sampah. Hanya saja, cara yang dilakukan kaum freegan (sebutan orang-orang yang berprinsip freeganisme) untuk mengurangi sampah ini termasuk tidak biasa bahkan tergolong ekstrim. Mereka memungut dan memilah sisa-sisa makanan atau perkakas apapun yang ada di bak sampah untuk dikonsumsi dan digunakan kembali.
Sebenarnya, yang begini sih sudah sangat banyak di Indonesia. Bedanya, kalau di Indonesia masyarakat tak mampu melakukan hal ini karena tuntutan hidup dan terpaksa, sedangkan kalau di luar negeri kaum freegan melakukan hal ini karena prinsip dan dengan sukarela.. Mereka justru merasa memiliki tanggung jawab untuk melakukan hal ini.. Entahlah.. aneh.
Ambil salah satu contoh. Yang kutonton di tv itu menampilkan kehidupan sepasang kaum freegan yang ada di Australia. Sepasang suami-istri lansia yang sudah tidak bekerja. Pengangguran di Australia pun tergolong orang kaya kalau ada di Indonesia. Begitupun mereka. Pasutri itu tetap mendapat tunjangan dari pemerintah setempat dan kupikir kehidupan mereka tergolong sangat memadai. Tapi, lihat apa yang mereka lakukan..             Setiap hari setelah jam tutup pertokoan, mereka selalu mendatangi toko-toko swalayan, namun bukan untuk berbelanja melainkan untuk mengorek-ngorek seisi bak sampah besar yang ada di swalayan tersebut. Masih mending kalau yang mereka ambil itu hanya berupa perkakas atau barang-barang plastik atau semacamnya. Masalahnya mereka juga mengambil bahan-bahan makanan seperti buah, sayur, daging, dan bahan lain yang sudah dihinggapi lalat-lalat untuk dikonsumsi kembali. Aaaaaah, betapa anehnya..
Yang paling membuatku terkejut, ternyata mereka tidak mengonsumsi “makanan sampah” itu sendirian. Pesta barberque.. itu adalah kebiasaan orang-orang barat yang sudah menjadi tradisi. Setiap akhir pekan, pasutri lansia itupun juga melakukannya. Mereka mengundang kolega, sahabat, ataupun orang-orang terdekat untuk turut serta menikmati pesta itu. Daging barberque yang dipanggang di atas bara api itu terlihat sangat lezat dan begitu segar. Orang-orang menikmatinya dengan sukacita..
Hehehehe.. Seandainya mereka tahu asal daging yang mereka makan itu darimana. Ckckckck, kasihan sekali.. Pasutri lansia itu tidak pernah memberitahu jati diri mereka sebagai kaum freegan. Dan anehnya, meski sudah sekian lama mereka mengonsumsi “makanan sampah”, mereka terlihat sehat-sehat saja. :p
Hmmmmm, entah ini salah satu bentuk frustasi segelintir orang akan semakin banyaknya sampah atau bagaimana.. Tapi nggak perlu segitunya juga kaliii. Dia menciptakan otak untuk berpikir dan Dia juga menciptakan tanaman serta hewan yang dapat kita konsumsi dengan layak. Makanan yang baik akan meningkatkan nutrisi otak untuk kecerdasan berpikir. Pikiran yang baik tentunya dapat digunakan untuk mencari solusi yang baik pula… Ok. Jadi, yang wajar-wajar saja lah….. :D

Pulkam Pertama kali Sejak di Jakarta


Naaaah, akhirya sampai juga di Kalimantan..
Setelah sekian lama terkatung-katung di angkasa – karena penerbangannya terasa lebih lama dari biasanya ditambah mumet-mumet gak enak gara-gara gejala motion sickness – sampai juga aku di Balikpapan.
Pertama kali pulang kampong sebagai anak perantauan, ke bandara tanpa ortu . . Cari gate ruang tunggu sama Mega, Kak Nia, dan Kak Pupah. Haha, heboh sendiri gara-gara ngeliat anak penerbangan yang pake seragam (gagah mamen. Wkekeke) plus Mega yang secara gak sengaja ketemu cowok yang kembaran jaket FMKI di bandara. . Jodoh kali….Hihihihi. Not too bad untuk dijadikan sebuah catatan perjalanan.. J
Sebenarnya, dari kami berempat akulah yang paling enak pejalanannya. Tapi rasanya aku juga yang paling cepat tepar. Kalau dibandingkan sama mereka bertiga. .
Mega yang harus dua kali naik pesawat dengan waktu yang mepet antara landing pesawat pertama dengan take-off pesawat berikutnya supaya bisa sampai Berau. Benar-benar in a rush dia . . Ckckckck
Kak Pupah yang lengkap perjalanan darat-laut-udara. Dari Otista ke Soeta naik taksi, kemudian lanjut naik pesawat kurang lebih  2 jam, lalu lanjut naik taksi lagi ke pelabuhan, terus naik kapal penyeberangan lagi supaya bisa sampai Penajam. Kalau aku mungkin udah mabok-mabok. Mantep dah Kak Pupah ..
Lalu aku dan Kak Nia yang pulang bareng dari Balikpapan ke Samarinda. Alhamdulillah ternyata Papa sempat buat jemputin. Sempat mampir ke rumah dulu, terus Kak Nia lanjut lagi pulang ke rumahnya di Cendana.
Dan yang unik dari kami adalah : Membawa oleh-oleh yang sama ----------à Brownies Amanda.

OTW BPP-SMD, 20 agu 2011
Alhamdulilah puasaku hari itu full. Gak mabok seperti biasanya. Tumbenn.. Biasanya udah kayak orang sakau.
Gak ada yang berubah. Perjalanan Bpp-Smd masih sama seperti yang dulu. . Tapi katanya mau dibangun jalan tol dari Jembatan Mahkota tembus ke Balikpapan (kata bapak kalau gak salah gitu) yang entah kapan bakal selesai. Membelah bukit dan meratakan tanah, banyak traktor dan debu. Seperi itu kira-kira gambarannya. Sama aja kayak pembangunan Bandara Sei. Siring yang dari dulu sampai sekarang rasanya gak jadi-jadi. Tetap aja kalau wanna have a flight musti ke Sepinggan dulu. Padahal Samarinda ibukota, tapi gak punya bandara (ada bandara Temindung untuk penerbangan dalam provinsi, pesawat kecil aja). So, gak heran temanku bilang kalau ibukota Kaltim itu Balikpapan, lantaran Samarinda gak punya bandara besar. Udah salah, ngotot lagi dia . .Hehe
Perjalanan yang menurutku enak mennn rek.. Apalagi kalau naik kereta. Sayangnya gak ada kereta kecuali kereta batubara. Sepanjang Bukit Soeharto apalagi. Rasa-rasanya kalau di Jakarta gak mungkin dapat yang kayak gini. Kecuali kalau ke Bandung atau Sukabumi mungkin..Hawa sejuk pegunungan yang benar-benar bikin “brrrrrrrr”. Dingin luar biasa.. Tapi, kalau di Bukit Soeharto ademnya gak bikin bergidik. Hangat-hangat sejuk gimana gitu.. Melewati jalan masuk menuju Bukit Bengkirai, yang sama sekali belum pernah menginjakkan kaki disana. Padahal udah sekian  lamanya hidup di Kaltim, tapi kok ya jadi anak rumahan.
Katanya, jalan masuk menuju hutannya masih jauh dan gak bisa ditempuh pake mobil, musti pake ojek. Kebayang deh ongkos ojek yang masuk hutan berapa… hahahaah.
Singkat cerita, sampailah di Samarinda. Samarinda sepertinya udah tambah macet. Hari itu gak bisa lewat Jembatan Mahakam, karena katanya kalau jam-jam sore begitu macetnya panjang.. Akhirnya lewat Jembatan Mahulu aja yang langsung tembus ke perumahan.
Liat Sungai Mahakam dengan kapal-kapal tronton besar yang penuh batubara dari atas jembatan. Seperti gunung hitam mengapung di atas sungai. Entah batubaranya pada kemana, karena ternyata masih sering mati listrik disini. Padahal selama di Jakarta, rasa-rasanya gak pernah ada mati listrik tuh.. Mati listrik dan mati air.. Ckckckck
Tak lama kemudian, sampai di rumah deh. Welcome home J

MULAI DATANG SAMPAI SEKARANG….
Actually, nothing too special since I arrived in this city except one thing .. Meet the family.
Sampai di rumah, kata bude aku tambah putih. Wkwkwkwk. Perasaan aku ni hitam ah. Berarti sebelum berangkat ke Jakarta aku lebih hitam lagiii. Widihhhhh, hahaha. Katanya, panas Jakarta itu gak bikin hitam, malah bikin kulit bersih. Trus kalau panas Kalimantan itu yang bener-bener bikin hitam gara-gara terpapar batubara. Darimanenyeeee….! =_=
Sampai di rumah langsung update status. . Baru nyadar ternyata sinyal hape udah jadi merah plus tulisan huruf “E” diatasnya. Parahh.. Loadingnya membuat kita untuk belajar sabar.
Akhirnya, aku memutuskan untuk mencari koneksi internet lain selain warnet. Kalau ada warnet yang se-jam 2000 baru aku mau.. Hahaha.
Cari voucher internet bareng brotha naik motor Revo tercinta, jadinya kayak muter-muter tepian aja.
Dapat deh counter yang jual voucher internet, namun harga vouchernya gak sesuai perkiraanku. Telkomsel Flash masa aktif 2 minggu dengan kuota 200mb, 70rb. Gak jadi dah… Akhirnya beli Tri 500mb dengan harga 40rb dengan harapan mendapat koneksi yang kencang untuk beberapa minggu di rumah. Hasilnya…. Nihil. Sinyalnya soak bin ngadat. Sabarr, yang penting ada sinyal dikit-dikit.
Naaah, itulah sekilas setelah sampai di rumah… tenang sejenak tanpa suara bajaj dan dan kopaja. Hehehe. Selesai. ^_____^

Kamis, 23 Februari 2012

a girl from sebatik


Gadis dari Sebatik
Ini cerita dari ibuku. Seminggu yang lalu ibu datang menjenguk ke Jakarta. Katanya sih karena ada tiket promo… U yeah. Beruntung banget rasanya.. :D  Ibu pun bercerita tentang pengalaman sewaktu menunggu keberangkatan si pesawat promo C**ylink.
Hari minggu tanggal 12 Februari 2012, di ruang tunggu bandara Sepinggan. Ruang tunggu yang lumayan ramai dipenuhi orang-orang yang pengen pulang kampung, travelling, balik kuliah, dan sebagainya. Nah, ibu dengan semangatnya bercerita kepadaku. Sewaktu menunggu, ibu ketemu dengan banyak mahasiswa ataupun mahasiswi Kalimantan yang balik ke Jawa, karena masa liburan udah habis dan saatnya untuk kembali kuliah (orang libur saya kuliah, orang kuliah saya libur. Hehehe :p. Mantep cuiii   …).
Salah seorang yang ditemuinya adalah seorang gadis asal Balikpapan yang kuliah semester akhir di Universitas Padjajaran.. “ Waw..”, aku cuma terkagum dalam hati. “Terus, jurusannya apa?”, tanyaku lagi. Kemudian ibu menjawab, “Sastra Inggris bagian penerjemahan. Sekarang lagi siap-siapin bahan buat skripsi. Katanya kalo si mbak ini lulus terus wisuda, dia yang bakal jadi angkatan pertama di jurusannya. Kalo udah gitu kerjanya bakal di perusahaan-perusahaan asing……”
Hmmmm… keren banget dah. Kuliah di jurusan yang jarang diambil orang itu keren banget. Biasanya anak SMA habis lulus pengennya masuk kedokteran, teknik, akuntansi, matematika, biologi.. Sering banget didengar. Yang ini Sastra Inggris.. Keren deh J
Fasilitas pulang kampung yang selalu ada, pintar, kuliah di perguruan tinggi kelas satu yang terkenal, cari kerja pun enak. Terus kalo udah kerja gajinya gede pula.. Ckckck, enak kan..?
Nah, seperti itulah cerita si gadis asal Balikpapan..
Nggak lama kemudian, si mas-mas pengeras suara di ruang tunggu bilang kalau pesawat ???###$$%% akan segera take-off. Eh, ternyata pesawatnya si gadis Balikpapan. Dia pun pamit sama ibu, dan langsung masuk pintu keberangkatan.
Nah, sepi deh.. Ibu nggak ada teman ngobrol.
Tapi nggak lama kemudian, ibu dapat teman ngobrol lagi.. Seorang cewek juga.
“Dari mana, dek?”, tanya ibu.
“Dari Sebatik, bu.”, jawabnya santun dan singkat.
Kalo aku jadi ibu, pasti responku bakal kayak gini:
“Haaahh! Sebatik??? Jauh banget. Ngapain jauh-jauh ke Balikpapan. Capek kan..?”, hehehe. Nggak lebay-lebay banget lah itu..
Yap. Tau Sebatik, kan? Pulau Sebatik itu masuk wilayah Kalimantan Timur tapi terpisah dari dari daratan utama. Pulau kecil yang berdiri sendiri. Yang biasanya suka jadi rebutan sama Malaysia..
Singkat cerita, ternyata si gadis ini jauh-jauh ke Balikpapan buat kuliah, tapi kuliahnya bukan di Balikpapan melainkan  di Samarinda. Terus, kok malah ada di Balikpapan..?
Keinginannya buat sekolah emang patut dicontoh.
Dari Sebatik menuju Samarinda ia harus melalui Tarakan dan Balikpapan lebih dulu, kemudian dari Balikpapan mutar balik ke Samarinda.
Si cewek ini harus menyeberangi laut selama 2 jam menggunakan speed boat dari Sebatik supaya bisa sampai daratan utama di Tarakan. Biaya naik speed boat selama itu kayaknya juga nggak murah. Kemudian dia langsung menuju bandara untuk naik pesawat supaya bisa sampai Balikpapan. Nah, dari Balikpapan harus naik jalur darat lagi sekitar 2 atau 3 jam supaya sampai Samarinda.
Dia kuliah di Politeknik Negeri Samarinda. Bukannya sombong, tapi biasanya orang dari luar ibukota lebih memilih Mulawarman untuk melanjutkan pendidikan, karena satu-satunya universitas negeri di Kaltim. Nah, mungkin ada alasan lain.. Sekarang, jadi merasa agak nyesek gitu.. Padahal, waktu SMA dulu banyak banget yang nggak kepikiran atau bahkan nggak memilih buat kuliah di kota sendiri. Termasuk saya. Semua pengennya ke Jawa, UI lah, Unpad lah, UGM, ITB, ITS.. Wajar memang jika kita selalu berharap mendapat yang terbaik. Tapi coba lihat dari sisi yang lain. Padahal dengan mudahnya kami bisa masuk ke universitas negeri di kota sendiri itu. Bahkan, banyak yang tanpa tes. Ibaratnya, cuma dengan menunjukkan nilai raport dan sebutkan asal SMA mu. Kalau punya nilai lumayan dan asal SMA yang terkenal, maka itu sudah merupakan peluang besar kamu akan diterima. Dan benarlah, banyak dari SMA X yang diterima. Tapi, kebanyakan juga mendaftar di tempat lain dan universitas kota sendiri ini dijadikan second choice, third choice, atau pilihan yang kesekian. Kalau yang universitas jawa diterima, maka universitas kota sendiri inipun akan ditinggalkan. Sekali lagi, bukan maksud untuk sombong.
Setelah mendengar yang dilakukan gadis Sebatik ini untuk sekolah, rasanya jadi agak gimanaa..Tangguh dan mandiri. Padahal mungkin universitas negeri kota sendiri itu menjadi first choice nya dia.. Tapi, walaupun nggak goal, dia tetap niat untuk sekolah walaupun dia berada di pilihan yang kedua atau yang kesekian.
Sekarang kenyataannya sudah ada disini. Kadang-kadang kita merasa nggak puas dengan apa yang sudah didapat, selalu pengen lebih dan lebih. Atau kadang frustasi dengan semua keadaan yang nggak seperti harapan. Tapi mungkin memang begitulah alur yang seharusnya kita hadapi dan harus dijalani. Mau menjalaninya dengan luar biasa atau biasa-biasa aja itu pilihan, dan nggak ada yang salah dengan semua pilihan kita. Hanya perlu optimal untuk menjalani pilihan itu. Nggak perlu maksimal. Namanya juga manusia, semangat naik turun.. Cukup optimal, dan lakukan yang terbaik yang kita bisa. Easier said than done emang. Tapi dicoba aja.. Kata orang jawa, sapa tekun golek teken, bakal tekan (kalo tekun, bisa sampai ke tujuan). By google ^^
Ngutip kata-kata seorang pesulap Dedy Corbuz**r, bahwa kesuksesan itu bukanlah suatu kewajiban. Berjuang untuk sukeslah yang menjadi kewajiban. Kita nggak perlu bangga kalau merasa sukses atau berhasil, tapi banggalah karena sudah mau mencoba berjuang untuk berhasil. Berhasil atau gagal urusan yang kesekiaaaaan…
Terakhir, ngutip kata-kata seorang dosen yang selalu ada di akhir lembar soal ujian ekonomi.
GANBATTE KUDASAI :D

Jumat, 10 Februari 2012

Apa yang bisa kupelajari dari kesendirian?

Sendiri... memang nggak enak rasanya. Disaat teman-temanmu telah sibuk dengan kegiatannya masing-masing dan kau masih disini untuk memilih hidup yang "normal-normal saja".
Nggak ada yang salah dengan pilihan normal itu. Semua orang berhak untuk menentukan bagaimana cara hidup mereka.. Tetap menjadi dirimu sendiri walaupun kau tak sehebat orang lain adalah hal yang luar biasa. Yakinlah bahwa kau memiliki keistimewaan, tak perlulah orang lain tahu. Tuhan, orang yang peduli dan cinta kepadamu pasti tahu itu dan itu sudah lebih dari cukup.    :)

Lalu jika kau berada di titik terendah dalam hidupmu, apa yang harus kau lakukan?
Disaat jenuh dan kekosongan menelusup masuk ke otak dan hati. Ada saat dimana kita tak ingin menumpahkan segala keluh kesah itu kepada orang lain. Yap, biasanya kalau lagi feeling empty maunya curhat melulu. Tapi untuk orang-orang tertentu itu adalah hal yang menyebalkan. Disaat kau terlanjur menumpahkan segala keluhanmu, kemudian kau menyesalinya karena akhirnya kau menyadari bahwa betapa lemahnya dirimu di hadapan orang lain. Nggak salah juga sih kalau mau curhat dan bukannya gengsi jika harus terlihat lemah. Tapi lebih dari itu.

Terkadang kita nggak menyadari bahwa sebenarnya ada yang selalu siap mendengar segala keluh kesah kita. Menangis dihadapannya pun kau tak perlu merasa gengsi atau malu, bahkan terlihat amat sangat lemah dihadapanNya pun tak apa. Percayalah dalam sembah sujudmu Ia akan selalu memberikan ketenangan dan dan jalan keluar yang mungkin tak kau sadari.

Kesendirian bukanlah sesuatu yang harus disesali. Mungkin dalam pergaulan hidup terkadang kita pernah berpikir "kenapa aku nggak bisa bicara sehebat dia?" atau mungkin "aku berusaha untuk akrab dengannya, tapi kenapa pandangannya terhadapku masih seperti itu?"
Yah, sedih memang.. Tapi sebenarnya ada banyak makna dibalik itu.
Ketika semua orang telah sibuk dengan pembicaraan tentang urusan atau kesibukan mereka masing-masing dan tak ada yang berbicara denganmu. Yap, menyebalkan sekali rasanya seperti itu. Bukan salah mereka, tapi bagaimana jika aku memang bukanlah orang supel seperti yang lain... Biarlah, tak perlu berpura-pura untuk bisa berteman kan?.. Hehe, mungkin ini terkesan semacam pembenaran. Relatif memang.. yang terlihat salah pun belum tentu mutlak salah kan..

Jangan selalu menyalahkan dirimu ataupun orang lain atas situasi tidak menyenangkan yang sedang kau alami. Anggap saja itu takdir dan dibalik itu pasti ada hikmahnya. Dengan begitu akan terasa lebih ringan..
Sama seperti kesendirian. Saat tak ada yang melihatmu dan saat itu datang seseorang yang mengajakmu bicara, walaupun cuma bertanya "bagaimana keadaanmu? Sehat?" itu adalah hal yang indah bukan?
Terkadang kita tak menyadari bahwa sesungguhnya kesendirian itu mengajarkan kita untuk bisa menghargai orang lain yang mau melihat dan menanggapi kita. Mengajarkan bagaimana kita bisa menjadi berguna untuk orang lain walaupun sedikit, bahkan kesendirian pun mengajarkan kita untuk mencintai dengan tulus dan setia kepada mereka yang telah menyentuh kehidupan kita.

Yah, begitulah.. segala sesuatu tentang hidup ini adalah manfaat.. Tak ada yang buruk sekalipun itu adalah suatu kesalahan ataupun situasi yang nggak menyenangkan. Seburuk apapun yang kau alami, jika mau melihat lebih ke dalam sesungguhnya tak ada yang mengecewakan dengan semua itu.
Tetap hargai dirimu dan nikmati saja semua perjalanan hidup ini. Keep forgive yourself.... ^_____^