Jumat, 01 Juni 2012

Negeri Atas Awan

satu persatu langkah terayun mengikuti hasrat hati
Melangkah, memijakkan kaki, bernafas dalam diam
Melangkah lagi.. Terus dan terus.. kemudian bernafas lagi
Namun kali ini semakin berat.
Mata dan hidungku seakan ditusuk-tusuk
Kaki telah bergetar sedari tadi,
Tangan telah mati rasa, keriput dan basah. Lembab oleh dinginnya udara malam..

Kesal berkecamuk dalam hati ini..
Lelah seakan hendak menyerah.
Larut oleh ego yang sedari tadi tertahankan.
Ingin kuhempaskan semua beban di pundak.
Ringkih sudah semua tulangku, tak sanggup walau hanya untuk bangkit sekalipun.
Aku hanya terduduk memeluk lutut, menahan dingin yang semakin menusuk

Dalam lelah ini pun aku hanya bisa diam.
Tenggorokan semakin sempit, tetap saja ku bernafas dalam diam..
Diam terpekur tak berdaya oleh ini semua.

Oleh angin malam yang terus berderu bak gelombang air laut..

Oleh hujan gerimis yang biasanya lembut, namun sekarang seperti jarum yang terus-menerus menusuk kulit..

Oleh dinginnya embun yang tak henti-hentinya menyelimutiku..

Oleh kunang-kunang yang beterbangan itu..

Tuhan, ini hanyalah sebagian kecil ciptaanMu.
Bahkan seandainya kunang-kunang itu bisa tertawa, boleh jadi mereka akan menertawakanku.
Mereka masih bisa terbang bahkan memberikan cahaya bagai pelita dalam kebekuan dan kegelapan ini..
Sedangkan aku sampai sekarang masih diam terpekur, kaku..

Ternyata aku lebih lemah daripada kunang-kunang..

Padahal di sebelah timur laut sana cahaya lampu-lampu kota terlihat begitu memesona bagai gumpalan bintang.
Tapi mata ini seakan buta, tak bisa melihat keindahannya

Kenapa..? Apakah memang jiwa ini sudah sebegitu keruhnya..?
Mungkin nanti akan kutemukan jawabnya.

Aku tak mau diam dan mati disini..
Kuayunkan langkah walau terpaksa.
Kerikil-kerikil kecil membantuku untuk bisa berpijak..

Semburat fajar mulai muncul dari balik awan.
Dari ketinggian ini pendar cahayanya terlihat begitu indah, bagai lampu sorot raksasa yang berkemilauan..
Langit jingga yang amat sangat memesona..

Semakin tinggi sekarang aku berpijak.
Kuncup-kuncup edelweiss terlihat begitu menyegarkan terbasuh embun pagi..
Bulir-bulir air embun yang bercahaya terlihat bergelantungan di ujung rerumputan bagai butiran kristal permata
Ia berkilau disinari mentari pagi..

Tujuanku, Negeri Atas Awan sekarang sudah mulai terlihat.
Tak peduli lagi akan lelah kaki ini, walaupun urat-uratnya sudah menegang sedari tadi..
Langkah semakin dipercepat, tapi tak mungkin kuberlari..
Aku harus peka dan memperhatikan sekitarku.
Boleh saja fokus ke depan jikalau itu bisa memacuku, tapi tak harus selalu melihat ke depan kan..? Di depan tak selalu aman, terkadang jurang tak terlihat juga ada disana..
Sering-seringlah menengok kekiri dan kanan, agar menjadi semakin mawas diri dan berhati hati.
Lihat kebawah dan selalu perhatikan langkah.
Atau sesekali tengoklah kebelakang, siapa tahu ada yang tertinggal..

Ah, sepertinya jalan mulai landai..
Akupun berlari.. terus dan semakin cepat..
Tuhan, aku tak menyadarinya..
Aku tersandung dan jatuh diatas hamparan rumput hangat..
Ternyata banyak orang yang menyambutku, mereka merangkulku..
Aku telah sampai di tempat ini.. Negeri Atas Awan.
Mereka tertawa dan tersenyum kepadaku..

Namun, aku tak membalas senyum mereka..
Aku sampai sekarangpun hanya diam.
Tak beranjak dari rerumputan ini.
Kurebahkan tubuhku, kupejamkan mata..
Menghirup udara pagi ini..
Tak seperti semalam, kali ini terasa begitu hangat..
Hangat yang kali ini memeluk tubuhku..

Sejauh mata memandang gumpalan awan lembut terlihat damai menyelimuti sang paku-paku bumi..
Dalam hangat pagi ini aku tersenyum dan cahaya mentari menerpa wajahku. Lembut...
Langit terlihat amat biru bak air samudera.. awan-awan kecil bak gulali menyerupai berbagai macam bentuk.
Seakan-akan mencerminkan pikiranku kali ini.. Kubayangkan wajahnya, maka awan itupun akan terlihat seperti dirinya.
Entah apakah itu sekedar halusinasi.. tapi yang jelas sangat menyenangkan..

Berada disini seperti merasa saling memiliki satu sama lain. Kita mungkin berbeda, namun berada disini sesungguhnya kita ingin merasakan satu hal yang sama, yaitu kedamaian.
Ingin sekali aku mengerti walau hanya sedikit, makna yang lebih dari semua ini. Bukan hanya sekedar menjadi perjalanan belaka.

Inilah Negeri Atas Awan. Tak perlu banyak kata-kata untuk menjelaskannya. Hanya indah dan damai..