Sabtu, 03 September 2011

Mendaki Gunung Gede

Sukabumi, 6-8 Mei 2011

Hari itu adalah hari yang sangat dinantikan. Setidaknya buatku, karena ini merupakan pendakian pertamaku. Pendakian umum ini diikuti oleh sekitar 59 orang dari berbagai tingkat. Ternyata lumayan banyak juga mahasiswa maupun mahasiswi yang berminat dari kampus untuk mengikuti kegiatan ini, terutama dari tingkat empat karena sebentar lagi mereka mau lulus sih..

Yang tingkat satu cuma aku dan Rifa aja yang ikut. Sayang sekali Salim nggak bisa ikut karena waktu itu dia ada kuliah pengganti.

Oke, tanggal 6 Mei sehabis maghrib sekitar jam tujuh malam, kami berkumpul di basement kampus. Sebelum berangkat, kami melaksanakan upacara pemberangkatan terlebih dahulu. Berdoa adalah yang utama, kawan..

Pembagian kelompok pendakian telah dilakukan pada saat briefing sebelumnya. Setelah memastikan semua perlengkapan dibawa, kami pun berangkat. Berangkaaaat....!

Perjalanan memakan waktu kira-kira tiga jam. Nggak terasa akhirnya kami pun sampai di Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango. Hawa dingin pegunungan pun langsung menyambut. Benar-benar membuatku menggigil. Setelah sampai di kamp pertama kami langsung istirahat. Pendakian akan dilakukan keesokan harinya...

Keesokan harinya...
Ternyata, hujan turun dan akhirnya pendakian ditunda untuk beberapa saat. Kemudian, sekitar jam sembilan pagi kami memulai pendakian. Benar-benar hijau sekali jalur pendakiannya. Ada telaga biru dan air terjun Cibereum. Kami singgah sebentar di air terjun Cibereum untuk foto-foto. ^^

Lanjut jalan lagi, namun ternyata turun hujan. Cuaca di gunung memang nggak terduga..

Memasuki jalur pendakian, serasa berada di dunia lain dan waktu seakan mundur beberapa ratus tahun.. (lebay??) Apalagi saat melewati air terjun air panas. Airnya memang panas dan harus hati-hati karena batu pijakannya licin, ditambah pembatas yang hanya berupa tali yang disambung-sambung sementara di sisi sebelah air terjun itu adalah jurang. Melihat pohon-pohon yang diselimuti embun serta pohon pakis yang besar sekali, jadi teringat film animasi "The Land Before Time".. hehehe

Kemudian kami sampai di Kandang Batu. Disini kami melaksanakan sholat jamak zuhur dan ashar. Kemudian melanjutkan perjalanan lagi ke Kandang Badak.

Kami sampai di Kandang Badak sore hari. Tenda-tenda sudah disiapkan, namun hujan turun deras sekali. Sangat deras... Alhasil, ada tenda yang banjir. Air merembes masuk. Setelah sholat maghrib, sholat Isya', dan masak kami langsung istirahat. Untunglah saat itu hujan sudah reda. Namun, rasa dingin malam hari di gunung sungguh menusuk tulang. Padahal aku sudah memakai jaket parasut tebal, bawa sleeping bag, tapi tetap aja dingin. Tanganku dingin sekali, hidung sakit, matapun perih.. Tapi berusaha tidur aja, karena besoknya kami harus melanjutkan perjalanan ke puncak. Akhirnya bisa tidur juga walaupun sambil menggigil..

Kalau gak salah sekitar jam satu pagi perjalanan dilanjutkan. Walaupun badan udah kedinginan dan ada beberapa yang nggak enak badan, namun tekad mereka kuat untuk terus lanjut...

Jalur pendakian yang selanjutnya berupa jalan setapak mendaki yang panjang. Kami pun sering berhenti untuk istirahat. Menghisap madu sachet pun rasanya nikmat sekali. Lumayan untuk nambah tenaga.

Setelah berjalan sekian lama, akhirnya kami sampai di puncak. Namun itu bukan puncak Gunung Gede, mungkin semacam puncak bayangan. Sampai disana, kami sholat subuh. Setelah sholat subuh, aku duduk menunggu sunrise. Waktu itu mendung, jadi sunrisenya nggak kelihatan deh.. Perjalanan menuju Padang Edelweiss Surya Kencana pun nggak dilanjutkan karena cuaca yang memang nggak terduga. Walaupun begitu, rasanya tenang sekali berada disana.. Capeknya hilang setelah sampai diatas. Pendakian pertama dan mengesankan. Hmmmm... :) Eh, ternyata ada juga orang yang jual nasi uduk diatas sana. Wah, hebat ya.. Mungkin mereka setiap hari membawa dagangan dari bawah sampai atas dengan perjalanan mendaki seperti itu. Tangguh sekali...

Setelah itu kami kembali ke kamp dan perjalanan ini pun usai. Alhamdulilah selamat sampai ke Jakarta ^^. Selesai.



Foto dari temen-temen:





Buaya-Buaya Teritip

Sabtu, 3 September 2011

Hari ini merupakan salah satu hari dimana puncak arus balik terjadi. Adikku yang saat ini berstatus sebagai mahasiswa barupun harus segera meninggalkan kampung halaman karena pada hari seninnya sudah mulai kuliah. Padahal baru beberapa hari dia berada di Samarinda, eh ternyata sudah harus balik lagi. Alhasil, di tengah suasana lebaran yang masih semarak ini, kami sekeluargapun mengantarkannya ke bandara yang ada di Balikpapan

The International Airport of Sepinggan..

Perjalanan dari Samarinda menuju Balikpapan memakan waktu yang lumayan lama. Kurang lebih sekitar dua jam. Maka sangat disayangkan apabila jauh-jauh dari Samarinda ke Balikpapan, namun tidak mengunjungi objek wisata yang ada disana.

Beberapa objek wisata yang ada di Balikpapan antara lain, Pantai Manggar, Pantai Lamaru, dan Penangkaran Buaya Teritip. Kawan, jangan terlalu berpikir bahwa pantai-pantai yang ada di Balikpapan seindah pantai-pantai di Kepulauan Seribu, Bali, Gili Trawangan dengan laut biru dan hamparan pasir putih. Balikpapan memang tak punya wilayah yang seindah itu, yang ada hanya pantai berpasir coklat dengan air lautnya yang juga berwarna coklat. Tetapi tetap saja pantai-pantai tersebut ramai dikunjungi orang-orang. Ya contohnya saya sendiri. Saya dari Samarinda, tapi kalau ke Balikpapan tak ada tempat lain yang akan dikunjungi kecuali Pantai Manggar ataupun Pantai Lamaru. Kecuali jika kalian berkesempatan mengunjungi Kepulauan Derawan yang ada di Kabupaten Berau provinsi Kalimantan Timur. Maka kalian akan disuguhi suasana wisata bahari yang luar biasa indahnya. Tak heran, karena Kepulauan Derawan memang merupakan salah satu wilayah dengan keanekaragaman terumbu karang terlengkap di dunia.

Well, saat ini saya memang nggak akan menceritakan perjalanan di Kepulauan Derawan, karena saya sendiri memang belum pernah kesana.. Hehehe. Duitnya belum ada... =_+

Akhirnya saya bisa juga menginjakkan kaki di Penangkaran Buaya di Balikpapan ini. Penangkaran Buaya ini berada di Desa Teritip wilayah Balikpapan Timur. Letaknya tak jauh dari Bandara Sepinggan dan sejalur dengan Pantai Manggar dan Pantai Lamaru.

Dengan tiket masuk seharga Rp 10.000,- per orang untuk dewasa, kita sudah bisa memasuki tempat ini. Buaya-buaya disini beraneka ragam baik ukuran maupun jenisnya. Buaya sumpit dan buaya muara yang terkenal ganas pun ada. Sebagai perbandingan, pernahkah kalian melihat buaya yang ada di Kebun Binatang Ragunan Jakarta? Saat saya kesana dan melihat buaya yang ada, saya pikir itu adalah buaya dengan ukuran yang termasuk kecil. Tapi yang namanya buaya, biarpun kecil ya tetap aja ganas.
Jadi, jika kalian ingin melihat buaya yang jumbo dan gendut-gendut, datanglah kesini kawan. Bisa juga foto bareng buaya kok.. ^^

Selain  buaya disini juga ada gajah dan rumah adat Kaltim, rumah Lamin. Namun sangat disayangkan karena pengelolaan tempat ini terkesan tidak serius. Entahlah, menurutku tempat ini sebenarnya bisa menjadi potensi wisata yang menjanjikan apabila dikelola dengan baik. Namun kesanku saat pertama kali datang kesini, ya biasa aja. Tapi senang juga sih, karena akhirnya bisa menggendong buaya disini.. Hehehe.

Selain untuk diperlihatkan, sepertinya buaya-buaya disini juga untuk konsumsi. Terbukti, tempat ini juga menyajikan berbagai panganan dari buaya, seperti sate buaya, krupuk, dan lain-lain. Bahkan, minyak dan tangkur buaya pun ada. Hhhhhh, sebenarnya agak geli juga kalau melihatnya.

Nahhh kawan, itulah sekilas yang bisa kuceritakan. Selanjutnya aku pun melanjutkan perjalanan ke Pantai Lamaru dan disana cuma duduk-duduk sambil menikmati angin sepoi-sepoi. :)












Makasih udah baca.. ^_____^